AL QUR’AN SEBAGAI OBAT PENAWAR (OBAT HATI)
Petunjuk Dalil
Sesungguhnya Allah Swt telah
menetapkan bahwa salah satu fungsi Al Qur’an adalah sebagai Syifa’ atau
penawar terhadap segala penyakit hati yang mengidap diri manusia, sebagaimana
yang tersebut dalam firman Allah Qs. Yunus, 10 : 57 yang berbunyi :
“Hai manusia, sungguh
telah datang kepadamu pengajaran dari Rabb kamu sekalian, dan sebagai penawar
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman.”
Pengkajian
Ayat tersebut pada satu sisi memberikan pengertian,
antara lain bahwa sebenarnya Al Qur’an diturunkan Allah kepada ummat manusia
adalah untuk mengeluarkan mereka dari jeratan budaya jahiliyah yang selalu
diliputi dengan penyakit bathiniyah, seperti dengki, benci, sentimen, amarah
dan dendam kesumat (Qs. Al Baqarah, 2 : 10), termasuk terhadap
orang-orang yang berupaya menegakkan Kebenaran, sehingga berujung pada kerasnya
hatinya dalam menanggapi bukti-bukti Kebenaran Ayat-ayat Allah, sebagaimana
ditunjukkan dalam beberapa sikap, antara lain :
- Sulitnya hatinya dalam menerima Kebenaran Al Qur’an dan bahkan mudah mendustakannya, sebagaimana tersebut dalam Qs. Al An’am, 6 : 4 - 5 yaitu :
“Dan tidak ada suatu ayat pun dari
ayat-ayat Rabb mereka sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu berpaling
dari padanya (mendustakannya). Niscaya sungguh mereka telah mendustakan yang
haq (Al-Quran) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada
mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan.”
- Sulitnya menanggapi peringatan dan ancaman Allah, sebagaimana tersebut dalam Qs. Al Hajj, 22 : 45 – 46 yaitu :
“Berapalah banyaknya kota yang Kami telah
membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok)
kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah
ditinggalkan dan istana yang tinggi, maka apakah mereka tidak berjalan di muka
bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
Natijah
Dengan memahami beberapa dalil sebagaimana tersebut di
atas, maka dapatlah ditarik satu pemahaman bahwa pada dasarnya penyakit bathin
tersebut bila terus dipupuk dan tidak pernah dinetralisir dengan bimbingan Al
Qur’an melalui proses bertadabbur (Qs. Muhammad, 47 : 24), maka
lambat laun akan membutakan rohani dan menutup pintu hidayah dari Allah,
sebagaimana diamtsalkan dalam Qs. Fathir, 35 : 22 yang berbunyi :
“Dan tidak (pula) sama orang-orang yang
hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada
siapa yang dikehendaki-Nya dan tiadalah sekali-kali engkau (Muhammad) sanggup
menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar.”
Disinilah letak pentingnya bertadabbur Al Qur’an
sebagaimana fungsi dan kedudukannya sebagai “penawar dan penjernih hati”.
No comments:
Post a Comment